Oleh: *Tasaro GK*
(Penulis Novel Galaksi Kinanthi, Tetralogi
Muhammad, dan Pentalogi Nibiru)
Saya hanya menjahit cerita Sang Nabi, lalu
segala kebaikan datang tanpa berhenti.
Sembilan tahun lalu saya tidak pernah berpikir
ini akan terjadi. Bahkan, meski puncak istiqomah masih teramat jauh dan terjal
bukan main, rasa-rasanya, Allah tak berhenti membisiki kuping saya "Ayo,
anak Adam. Merangkaklah...jangan menyerah."
Empat hari terakhir, Allah seperti
"membisiki" saya satu kalimat, "Temui Aku di Bata-bata."
Saya menulis ini di atas kereta, pulang kepada
anak istri saya sembari berkaca-kaca. Betapa manusia mestinya cukup dengan
sapaan surat Ar Rahman saja alih-alih menggelisahkan surga atau neraka.
Setelah perjalanan ke Tanah Suci hampir setahun
lalu, saya teramat takut portal itu telah ditutup dan saya mesti mengumpulkan
segala kemungkinan untuk sowan ke rumah Tuhan, supaya saya bisa membincangi-Nya
seperti malam-malam syahdu di Nabawi dan Al Haram.
Rupanya tidak. Bumi Allah amat luas, sedangkan
saya terlalu meremehkan Tanah Air saya sendiri: Indonesia.
Bahwa, Allah "hadir" di sini,
"membincangi" manusianya setiap hari.