Thursday, January 25, 2018

Bata-bata

Oleh: *Tasaro GK* 
(Penulis Novel Galaksi Kinanthi, Tetralogi Muhammad, dan Pentalogi Nibiru)





Saya hanya menjahit cerita Sang Nabi, lalu segala kebaikan datang tanpa berhenti.
Sembilan tahun lalu saya tidak pernah berpikir ini akan terjadi. Bahkan, meski puncak istiqomah masih teramat jauh dan terjal bukan main, rasa-rasanya, Allah tak berhenti membisiki kuping saya "Ayo, anak Adam. Merangkaklah...jangan menyerah."
Empat hari terakhir, Allah seperti "membisiki" saya satu kalimat, "Temui Aku di Bata-bata."
Saya menulis ini di atas kereta, pulang kepada anak istri saya sembari berkaca-kaca. Betapa manusia mestinya cukup dengan sapaan surat Ar Rahman saja alih-alih menggelisahkan surga atau neraka.
Setelah perjalanan ke Tanah Suci hampir setahun lalu, saya teramat takut portal itu telah ditutup dan saya mesti mengumpulkan segala kemungkinan untuk sowan ke rumah Tuhan, supaya saya bisa membincangi-Nya seperti malam-malam syahdu di Nabawi dan Al Haram.
Rupanya tidak. Bumi Allah amat luas, sedangkan saya terlalu meremehkan Tanah Air saya sendiri: Indonesia.
Bahwa, Allah "hadir" di sini, "membincangi" manusianya setiap hari.

Friday, January 12, 2018

Menyerah

aku pikir aku sudah bisa membuat istana yang megah, dengan segala fasilitas dan penunjang yang ada, untuk membuatmu betah dan merasa bahagia disana. ku sediakan untukmu sebuah kamar yang sangat luas agar engkau leluasa bermain tanpa harus merasa sempit, kuletakkan kasur yang sangat bagus dengan segala kecanggihannya agar tidurmu menjadi lebih nyenyak, terlebih kasur dan seprei yang aku siapkan tercipta dari gumpalan sutra yang sengaja aku datangkan dari pengrajinnya secara langsung.

namun sepertinya aku salah menilai, aku tidak pernah menciptakan istana untuk engkau tempati, aku hanya menyediakan gubuk kecil yang reot, bahkan tanpa dinding yang lengkap dan atap yang bahkan tidak mampu untuk menopang gentengnya sendiri. aku salah menilai itu semua untukmu.

hingga kini aku menyadari bahwa engkau tidak pernah merasa bahagia disana, aku hanya semakin membuatmu menderita bahkan tangis yang engkau senandungkan setiap waktu seakan aku mendadak tuli untuk mendengarnya. maafkan aku, dan segala penilaian yang ternyata salah. aku belum mampu menilaimu hingga kau lebih nyaman untuk beristirahat ditempat lain.

tidak apa-apa, engkau silahkan seperti yang engkau bahagiakan. biar aku tempati gubuk inin sendiri dengan segala gigil yang sudah begitu nyaman menemani sepiku.

aku mundur!

Monday, January 1, 2018

Biar

Sudah banyak, bahkan terlalu banyak, orang yang bertanya padaku tentang bagaimana aku bertemu denganmu, mengenalmu, menyayangimu, bahkan sampai memantapkan hati untuk meminangmu.

Aku tidak ingin berspekulasi terlalu dalam, antara mereka terlalu heran dengan jalan yang kini telah kupilih, atau justru karena belum bisa mempercayai bahwa aku juga bisa menentukan pilihan penting dalam usia yang terbilang masih terlalu muda. Aku tidak peduli.

Aku dan kamu, untuk dapat saling menentukan pada satu arah tujuan yang sama, bukan dalam waktu yang sebentar, atau cukup dengan memejamkan kedua mata dengan erat, lalu membukanya dan berharap takdir tiba-tiba berpihak menjadi baik dan sesuai dengan apa yang selama ini kita harapkan, tidak. Aku berpikir sebelum benar-benar yakin akan menentukan pilihan hatiku terhadapmu. Engkaupun berpikir sebelum yakin bahwa aku adalah orang yang akan mampu membahagiakanmu. Bahkan kita juga sama saling meminta bantuan kedua orang tua kita dalam menentukan apakah pilihan yang akan kita buat akan mendapatkan restu mereka atau justru sebaliknya. Bukan perkara mudah. Karena seperti yang sering kita harapkan, ini akan menjadi yang pertama sekaligus untuk terakhir kalinya.


Jadi, entah mereka mau berpendapat apa, terserah! Kita telah sama-sama mereasa bahagia sejauh ini, dan hingga nanti.

Selamat Tahun Baru; Kita

katanya kita sama
hanya saja engkau siang dan aku selepas senja dibias malam
meski kita sama berkobar pada gelap
aku dalam tatapan
dan engkau dalam buaian

disana berteriak kembang api
disini dzikir terus berapi-api
disana tidak berdaya kelamin
disini nafsu menunggu terjamin
disana menderu nyanyian bising
disini tersendak episode hening

aku; aku
kamu; kamu
pada kehidupan terbilang
kamu terpanggang matahari
dan aku bingung menentukan arti kedip rembulan