(Khalil
Djazoely)
Di suatu pagi tanpa
sinar mentari musim kemarau
Kaki-kaki mungil
melangkah dengan mendekap al-Quran selepas mengaji semalam
Daun-daun tembakau yang
mulai siap dipanen menemani udara yang segar
Kata bapak; uang hasil tembakau
ini nanti buat sekolahmu dipesantren
Angin berhembus kencang
membawa mimpi bapak entah kemana
Menjelang siang
tiba-tiba mendung datang dari arah timur
Kaki-kaki mungil
memikul rumput untuk pakan ternak yang mulai kurus
Rumput-rumput liar
perlahan menjadi rebutan, beberapa celurit mulai dipertajam ujungnya
Kata bapak; jangan
terlalu merisaukan pemberian Tuhan, syukuri saja sedikasihnya
Guntur menggelegar
bersahutan menanggapi ucapan bapak entah bagaimana
Aku memeluk sarung dan
kopyah semakin erat
Sampai pada rona senja
tanpa jingga
Tangan-tangan keriput
bapak menelanjangi mimpi dan ucapannya
Sumpah serapah belum
juga berhenti dari mulut yang mulai plin plan bicara
Kata ibu; bapakmu
memang sering begitu, biarkan saja
Malam mulai datang
membawa apa pun yang aku pikirkan
Dan ketika gelap telah
membungkus malam dengan sempurna
Kunang-kunang menemani
jangkrik berirama
Kata bapak; begini
jadinya kalau pemimpinnya tidak becus, Tuhan menegurnya jadi kemana-mana
Kedua kakiku gemetar
antara dingin dan begidik entah apa
Samar-samar aku
mendengar; anakmu mondoknya di sawah saja
020919