Bulan suci Ramadan merupakan bulan
terbukanya kesempatan. Ini sebabnya Ramadan menjadi bulan yang sangat
dinanti-nantikan seluruh umat muslim. Selain menyandang bulan penuh hikmah,
Ramadan bisa disebut sebagai bulan silaturahmi. Bulan di mana semangat
menyambung persaudaraan biasa dilakukan oleh umat Islam, khususnya muslim
Indonesia yang sedang terkoyak seperti saat ini.
source image : dhakatribune.com |
Momen
menjalin kebersamaan tampak pada pelaksanaan salat Tarawih berjamaah, tadarus,
dan kuliah-kuliah tujuh menit menjelang dan setelah salat berjamaah. Semua itu
dibungkus dalam wadah kebersamaan yang dirajut dalam ikatan silaturahmi.
Pada
bulan ini, hati seorang muslim mestinya begitu lapang, pemaaf, dan memiliki
semangat persaudaraan yang tinggi. Tidak salah jika Ramadan adalah bulan
silaturahmi, yaitu saat-saat kita sangat terbuka untuk menjalin hubungan sosial
yang renggang, berkubu, atau bahkan terputus akibat momen elektoral.
Silaturahmi pada Ramadan sangat mudah dilakukan dengan alasan keagamaan yang
kuat tanpa merasa kehilangan harga diri.
Apa
makna silaturahmi di bulan Ramadan? Silaturahmi memiliki makna spesifik. Dalam
nash Alquran dan Hadis begitu banyak yang mengulas topik tentang ini. Salah
satu hadis Nabi Muhammad SAW yang populer di antaranya adalah: Maukah kalian
aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan puasa?”
Sahabat menjawab, ”Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, ”Engkau
damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus,
mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai
kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka. (Semua
itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barang siapa yang ingin
dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali
persaudaraan.” (HR. Bukhari-Muslim).
Mungkin
suatu hikmah tersendiri jika Ramadan kita tahun ini hanya berjarak beberapa
hari dengan pesta demokrasi yang suhunya begitu panas. Ramadan memberikan
peluang perenungan bahwa proses demokrasi seharusnya menjadi pesta rakyat dalam
memilih pemimpin. Maka, segala bentuk fitnah, hoaks, kebencian, dan perpecahan
adalah sampah yang tidak perlu dan sepantasnya dibuang.
Ramadan
memberikan peluang kepada kita untuk merajut kembali ikatan yang terkoyak
antara orang tua dan anak, guru dan murid, kiai dan santri. Pesan nabi di atas
tentang silaturahmi menunjukkan betapa seseorang yang mendamaikan (mediator)
antara saudara yang sedang bertengkar atau berselisih sangat diapresiasi dalam
bentuk pemberian pahala yang lebih besar oleh Allah SWT dibandingkan ibadah
ritual seperti salat dan puasa.
Sebagai
muslim kita percaya bahwa silaturahmi dapat melapangkan rezeki, keberkahan
hidup, dan panjang umur. Pelaksanaan silaturahmi akan menemukan pemaknaan
puncaknya saat dilakukan seseorang yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Terlebih
lagi ibadah puasa mengandung dimensi sosial yang sangat tinggi. Lapar dan
haus harus direfleksikan dalam bentuk kepedulian (caring) kepada sesama dalam
berbagai bentuk seperti saling memaafkan, berkunjung, menyambung ikatan
persaudaraan yang terputus, menyenangkan sesama berupa pemberian sedekah atau
hadiah, dan lain-lain.
Sangat
disayangkan jika Ramadan yang suci, Ramadan yang berkah, Ramadan yang penuh
maghfirah belum mampu mendamaikan ”dua kubu” yang berseberangan untuk kembali
menyatu dalam nikmatnya silaturahmi. Padahal, Allah SWT telah menyediakan
Ramadan sebagai fasilitas menambah ketakwaan kepada-Nya, memperbanyak amalan
ibadah karena pahala yang semakin dilipatkan, serta penghapusan dosa dan semua
salah.
Semoga
kita masih bisa berharap bahwa pada penghujung puasa nanti kita bisa kembali
menjadi insan yang fitri. Menjadi ummatan wahidah dengan semangat silaturahmi.
Mari kita lupakan kategori yang telanjur menjadi istilah antara cebong dan
kampret, serta mencoba sadar bahwa perbedaan tidak untuk memisahkan, melainkan
perbedaan agar kita senantiasa beriringan. Dengan demikian, Ramadan kita tahun
ini tetap menjadi Ramadan yang penuh makna.
(artikel ini pernah diterbitkan oleh Radar Madura dengan Judul yang sama)
No comments:
Post a Comment