Thursday, October 17, 2019

Santri Mimpi Negeri

(Khalil Djazoely)

Di suatu pagi tanpa sinar mentari musim kemarau
Kaki-kaki mungil melangkah dengan mendekap al-Quran selepas mengaji semalam
Daun-daun tembakau yang mulai siap dipanen menemani udara yang segar
Kata bapak; uang hasil tembakau ini nanti buat sekolahmu dipesantren
Angin berhembus kencang membawa mimpi bapak entah kemana

Menjelang siang tiba-tiba mendung datang dari arah timur
Kaki-kaki mungil memikul rumput untuk pakan ternak yang mulai kurus
Rumput-rumput liar perlahan menjadi rebutan, beberapa celurit mulai dipertajam ujungnya
Kata bapak; jangan terlalu merisaukan pemberian Tuhan, syukuri saja sedikasihnya
Guntur menggelegar bersahutan menanggapi ucapan bapak entah bagaimana
Aku memeluk sarung dan kopyah semakin erat

Sampai pada rona senja tanpa jingga
Tangan-tangan keriput bapak menelanjangi mimpi dan ucapannya
Sumpah serapah belum juga berhenti dari mulut yang mulai plin plan bicara
Kata ibu; bapakmu memang sering begitu, biarkan saja
Malam mulai datang membawa apa pun yang aku pikirkan

Dan ketika gelap telah membungkus malam dengan sempurna
Kunang-kunang menemani jangkrik berirama
Kata bapak; begini jadinya kalau pemimpinnya tidak becus, Tuhan menegurnya jadi kemana-mana
Kedua kakiku gemetar antara dingin dan begidik entah apa
Samar-samar aku mendengar; anakmu mondoknya di sawah saja

020919

No comments:

Post a Comment